Foto Makam Eyang Bejo Sodiman by Kang ono |
Pada tahun 2006-an kami menanyakan
perihal wali Ngawi pada Romo Kyai H. Nur Hamim ‘Adlan yang mungkin dapat kami
ziarahi, beliau mengatakan bahwa sebenarnya banyak, yang masih hidup saja ada
tujuh, dibanding Ponorogo hanya satu. Memang angka yang fantastis tuju
dibanding satu, tapi itu siapa? Kami hanya bisa mengira-ira dan menerka-nerka.
Dan kami diutus untuk memeliharanya, namun kami tidak diberi tahu siapa
beliau-beliau ini. Dari keterangan beliau kemudian kami mencoba menelusurinya
ke yai-yai yang kami kenal, dengan harapan kami mendapat petunjuk, namun hanya
bayangan nama-nama saja yang kami dapat. Rahasia hanya ditangan Alloh swt.
mungkin belum saatnya kami mengetahui.
Maping TPU Gadung by Google Maps |
Seiring perjalanan waktu yang terus bergulir (tahun 2012-an) kemudian kami mengutarakan hal diatas pada Sesepuh yaitu; Bapak Imam Satori, beliau mengungkapkan adanya dua nur yang satu di Pemakaman Gadung, yang satunya lagi di Pangkur. Menurut beliau yang di Pemakaman Gadung bernama Eyang Bejo Sodiman. Nama ini agaknya berbeda dengan yang disebut-sebut masyarakat, namun memiliki akhiran sama “diman”. Mungkin nama Eyang Bejo Sodiman ini yang dimaksud dengan Tuan Kaji Ahmad Diman. Beliau juga menuturkan bahwa Eyang Bejo Sodiman ini juga pernah pergi haji. Sehingga kami simpulkan bahwa Tuan Kaji Ahmad Diman adalah Eyang Bejo Sodiman, mungkin karena cerita masyarakat dari mulut kemulut sehingga namanya menjadi Tuan Kaji Ahmad Diman.
Foto 2020 makam Eyang Bejo Sodiman by Kang ono |
Dari beberapa nara sumber yang
kami dapatkan, kami simpulkan bahwa Babad Bumi Gadung terbagi menjadi dua
periode, yaitu periode pertama masa Eyang Bejo Sodiman, periode kedua masa Mbah
Songgolo.
Babad Bumi Gadung Pertama
Eyang Bejo Sodiman adalah
seorang sufi yang berasal dari Kerajaan Mataram, beliau adalah seorang Penggawa
Kerajaan sebagai juru penengah atau hakim atau mahkamah agung pada masa raja ke
tiga Kerajaan Mataram. Setelah tidak menjabat lagi sebagai Penggawa Kerajaan, beliau berkelana dengan melepas
baju kerajaan berganti dengan baju masyarakat biasa untuk mencari kebenaran
haqiki. Perawakannya tinggi kekar (sedepah) namun banyak prehaten, tawaduk,
tidak banyak bicara. Beliau mengenakan baju penadon, hampir seperti K Hasyim
‘Asy’ari dengan warna keabu-abuan, menggunakan ikat kepala (blangkon) memakai
sunduk penyu. Setelah sampai ketengah hutan, beliau memutuskun untuk memolai
menetap disana dengan babat alas (membuka hutan) bersama beberapa orang
pengikutnya, dan membuat padepokan. Beliau tidak memiliki keturunan karena tak
memiliki istri mungkin beliau “wadat”. Setelah sekian lama menetap beliau memiliki
sejumlah santri (konon santri kesayangannya dari Banten), dan memelihara banyak
kerbau. Setiap bepergian selalu bersama pendampingnya bernama Kyai Ali Mu’ti.
Kyai Ali Mu’ti / Raden Ali mu’ti
adalah seorang Pangeran dari kerajaan Mataram yang memiliki kelebihan yaitu
mengetahui sebelun terjadi (ngerti sak durunge winarah), usianya 40 tahunan.
Menurut Kyai H. Nur Hamim Adlan,
Eyang Bejo Sodiman belum termasuk Wali, namun Syech seperti Saridin (Syech
Jangkung). Jadi Eyang Bejo Sodiman disebut juga Syech Bejo Sodiman.
Eyang Bejo Sodiman meninggal
saat usianya sekitar 90 tahunan, khaul Rabu Wage. Amalan kesayangannya adalah:
يَا حَيُّ يَاقَيُّوْمُ يَاقَوِيُّ يَامَتِبْنُ يَا اَللهُ
Semoga Alloh swt menerima
seluruh amalnya, diampuni semua dosanya, Amin.
Allohu ‘alam bisowab, hanya
Alloh SWT. yang tahu kebenarannya, semoga Babad Bumi Gadung ini dapat digunakan
sebagai rujukan atau untuk penelusuran lebih lanjut, dan bermanfaat bagi kami
dan pembaca semua, amiin.
Selanjutnya Asal Mula Dusun Gadung Kedua masa Mbah
Songgolo Insyaalloh.
No comments:
Post a Comment